Contact : WA 089653002233 | Instagram : @rhyfhad


KLIK PLAY MUSIK

Kamis, 31 Mei 2012

PAKU



 Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku dip agar belakang setiap kali dia marah .

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah, lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya member tahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “hmm.. kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang dip agar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini.. di hati orang lain, Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu.. tapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik ..

Sabtu, 19 Mei 2012

DUA PRIA DAN JENDELA RUMAH SAKIT




Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskan duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu.
Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas tempat tidurnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di kemiliteran dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.
Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria kedua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

“Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah, itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang di penuhi berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh diatas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah.”

Pria pertama itu menceritakan keadaan luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasannya menjadi lebih tenang dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang kedua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.
Begitulah seterusnya, dari hari kehari dan satu minggu pun berlalu.

Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapat ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lainnya untuk memindahkan ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar memindahkannya ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat pun menuruti kemauannya dengan senang hati mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bis melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan iamenjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya????. Ternyata jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG..!!!!!.
Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandanganyang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.
“Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup” kata perawat itu.

RENUNGAN :

Kita percaya, setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang mendengarnya. Setiap kata adalah layaknya pemicu yang mampu menelisik sisi terdalam hati manusia dan membuat kita melakukan sesuatu. Kata-kata akan selalu memacu dan memicu kita untuk menggerakkan setiap anggota tubuh kita dalam berpikir dan bertindak.

Kita percaya, dalam kata-kata tersimpan kekuatan yang sangat kuat. Dan kita telah sama-sama melihatnya dalam cerita tadi. Kekuatan kata-kata akan selalu hadir pada kita yang percaya.

Kita percaya, kata-kata yang santun, sopan, penuh dengan motivasi, bernilai dukungan, memberikan kontribusi positif dalam setiap langkah manusia. Ujaran-ujaran bersemangat, tutur kata yang membangun selalu menghadirkansisi terbaik dalam hidup kita. Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberi kebahagiaan kepada orang lain. Menyampaikan keburukan sebanding dengan setengah kemuraman, namun menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri.

Sabtu, 05 Mei 2012

UNGKAPAN KASIH SAYANG ORANGTUA DAN UNGKAPAN TERIMAKASIH SEORANG ANAK .


Hujan sore itu mengingatkannya kepada seorang anak lelaki yang pernah dilahirkannya sekitar 21 tahun yang lalu, seorang anak kecil yang dia besarkan dengan kasih sayang itu kini telah dewasa dan mengerti tentang pilihan hidupnya. termenung di sebuah ruangan dia menatap keluar tepat ke arah jalanan yang ada di depan rumahnya, seorang ibu yang tersenyum haru membayangkan anaknya yang dulu dalam pelukannya, dalam dekapannya melihat hujan bersama .

Sore itu juga handphone yang tiap harinya berada di dalam tas kantor tiba-tiba berbunyi, mungkin berharap telepon dari teman arisan tapi ternyata itu hanyalah pesan singkat (SMS) tapi terasa haru ketika dia melihat sebuah nama yang tak asing dan tak lain adalah anaknya yang baru beberapa saat yang lalu membuatnya tersenyum haru .

Pesan singkat yang sangat singkat. Hanya berkata “ada anaknya mama besok berulangtahun, ada hadiahnya??” dan juga dibalas dengan singkat, “ada bakso, bisa dikirim lewat ATM baksonya??” si anak membalas dengan imutnya berkata “hahaha.. tidak usah, gerobaknya saja”, tidak lama kemudian si anak mengirim pesan singkat lagi yang berkata “bukan salahnya siapa-siapa kalau kuliahku terhambat, bukan karena kurangnya uang kiriman, bukan karena kurang kasih sayang, bukan juga karena masalah yang timpa keluarga tapi memang karena kurang SKS dan kurang rajin masuk kampus”. Si anak Bermaksud bercanda tapi seorang ibu pasti mengetahui maksud sebenarnya dari sang anak, maka si ibu berkata “kamu dari perutku, jadi rasa sakit, sedih dan tangismu itu bisa ku rasa, pasti bohong lagi kalau sehat atau ceria, uang untuk ke dokter di pakai bayar apa lagi??, kalau uangnya habis bilang” dan akhirnya si ibu menelpon tapi si anak mengerti kesedihan ibunya jadi dengan kepura-puraannya si anak pura-pura amnesia dan tidak mengangkat telepon .

******

Anak dengan tangisan kecil itu kini sudah tumbuh dewasa .
Mungkin saya adalah orangtua yang hanya banyak menghabiskan waktu di kantor .
Semasa keclimu dahulu kami hanya menitipkanmu ke orangtua atau saudara kami ketika kami sedang mencari nafkah dan rejeki untukmu .
Ini salah saya sebagai ibu yang di masa kanak-kanakmu dahulu hanya mengurungmu di rumah .
Bagi saya apapun pintamu akan saya kabulkan sesuai kemampuan saya .


Tapi kamu hanya sesekali meminta dan hanya terdiam tersenyum saat menginginkan sesuatu .
Apapun yang kamu rasa, baik itu adalah sakitmu, tangismu ataupun bahagiamu akan terasa sampai kedalam hati ini, itu karena kamu adalah anak saya .


Hingga akhirnya kamu sudah dewasa tapi mengapa selalu saja kamu menolak untuk meminta .
Apapun yang kami berikan jarang kamu menolaknya ataupun langsung mengatakannya .
Begitu banyak masalah yang terjadi dengan keluarga kita tapi dengan senyum kamu selalu member kami suatu perkataan yang berguna dan kami pun terharu ketika anak kami telah bisa memberi semangat kepada kami .
Meskipun kamu kadang keras kepala, sedikit kurang mahir dalam hal pelajaran tapi kamu tetap anak yang selalu ada dalam pelukan dan dekapan kami orangtuamu .

******

Terkadang pikiranku tidak merasakan sesaui apa yang di rasakan oleh hatiku .
Meskipun terkadang saya memikirkan hal yang membuatku marah, jengkel ataupun emosi kepadamu tapi selalu saja hati ini merasa tenang ketika saya melihat dan mengingat semua senyum dan pelukan hangat itu .
Memang kita jarang bertemu, disaat saya bangun di pagi hari kalian sudah tidak berada di rumah, ketika sore hari kalian datang terkadang saya keluar rumah dan jika saya kembali kerumah kadang kalian sudah terlelap tidur .


Itu tidak membuatku kehilangan kasih sayang dari kalian .
Walau saya tidak merasa seperti anak yang lainnya, merasakan liburan bersama orangtua, merasakan berbelanja bersama tapi kebersamaan yang saya dapatkan bersama kalian tidak akan sama dengan apa yang dirasakan anak yang lainnya .
Meskipun hanya sedikit waktu bersama tapi kebahagiaan ini tidak bisa terungkapkan dengan kata maupun dalam bahasa .


Saya hanya dapat berterimakasih kepada kalian yang telah memanusiakan manusia seperti saya ini, rasa syukur ini tak henti-hentinya saya rasakan sampai saat ini masih dapat melihat dan mendengar suara dari kalian orangtuaku .